Berapahari yang lalu aku dapet tugas buat cerpen. Tentang pengalaman pribadi gitu...Ternyata susah euy, gak pinter bermain dengan kata-kata. Yah jadinya kayak gini ini....
Bulan lalu saat ku pertama kali menginjakkan kakiku di kelas ini,kelas yang sama sekali asing untukku, kelas dimana semua penghuninya tak kukenal, gak juga sih, beberapa di antara mereka ada yang udah ku tahu dan kukenal karena mereka satu SMP denganku. Ku melihat wajah-wajah polos dari mereka. Ingin tahu siapa ya, teman baruku? Sama denganku, akupun bertanya-tanya dalam hati. Kelak, akankah kubisa akrab dengan mereka? Akankah kubisa cepat beradaptasi dengan teman baruku? Setelah beberapa bulan berlalu aku tahu, ketakutanku saat pertama kali aku disini, di kelas ini sangatlah percuma. Toh nyatanya, aku bisa langsung akrab dengan mereka tanpa kesulitan sedikitpun. Aku bisa melakukan semua kegiatan yang aku sukai di sekolahku ini dengan balutan seragam putih abu-abuku yang membuatku merasa leih dewasa.
Kukira, hari-hariku hanya akan ku isi dengan fokus belajar. Tapi entah kenapa ada perasaan baru yang muncl dihatiku. Perasaan yang aneh! Udah bikin aku panas dingin, kadang nyaman, kadang jengah, argh, pokoknya aneh! Saat itu pertama kali ku menyadarinya. Dalam pertandingan sepak bola antar kelas. Dan hari itu kelasku -X1- bertanding dengan kelas XII IPS 2. Saat itu juga, perhatianku tersedot hanya untuk memperhatikannya. Ia yang slalu tertawa riang bergulat dengan bola sepaknya. Tak peduli hujan mengguyur. Ia tetap tertawa bahagia, apalagi saat ia bisa mencetak gol dengan heading-nya. Namun juga kecewa saat Calvin, kiper dari kelasku kebobolan satu gol. Namun hal itu-pun tak berlangsung lama. Ia terusmengejar bola sepak, menggiring, menendang, dan juga berusahaa shoot ke daerah gawang lawan. Usahanya tak berjalan mulus. Eits, jangan dikira ia putus asa. Tentu saja gak! Hal itu karena ia, memang menyukai hobinya. Kok bisa aku hafal semua ini ? Aneh... pandanganku tak bisa lepas dari sosoknya. Sosoknya pulalah yang menghantui pikiranku, dan mengisi setiap mimpiku. “Woi! Sit, bengong aja! Minumnya noh dikasihin mereka....”, tegur Chintya padaku. Huh, dasar dia ini gak tau aja aku lagi ngapain. Haduh Sit, ya jelaslah dia gak tau.
“Eh...oh... Iya, maaf”, kataku sambil lalu.
Pinggir lapangan...
“Kenapa sih Sit, keburu gitu?ada kebakaran ya?”, kata Calvin padaku. Memang sih saat itu aku lari tergopoh-gopohkarena kaget ditegur Chintya. Tanpa sadar kakiku membawa ku lari.
“Hah? Eh gak kok, gak ada kebakaran.”,sahutku polos.
“Hahahaha....polos amat nih anak!” Ya ampun, bodohnya aku, ngapain pertanyaan Calvin aku jawab?Jelas dia ngerjain aku. Dia, masih aja ketawa, otomatis aku cemberut, baik-baik nganterin minum kesini kok ya dikerjain.
“Hish...”,kata Calvin sambil tangannya tak lupa ngacak-acak rambutku yang basah terguyur air hujan.
“Calvin!!! Kotor tauk tanganmu!!!”,candaku. Padahal maksudnya agar dia berhenti memperlakukanku begitu. Noh, ada si Vino. Vino adalah orang yang dari tadi kuperhatikan, dia selalu menjadi bintang di mataku. Kok kesannya obsesif ya?
Keesokan paginya.....
“Pagi Sit!!!”, sapa Saras padaku.
“Pagi.......”
“Ya ampun, kamu sakit Sit? Kok lesu gitu?”
Yups, hari ini aku emang lagi sakit.Mungkin gara-gara kemarin aku kehujanan, gak pake payung lagi. Ditambah pulang gak make jas hujan! Yah,,,panteeees kalo hari ini aku sakit.
Ngomong-ngomong, katanya sakit kok yang ngungkapin kayaknya seneng gitu ya?
Penginnya hari ini gak masuk, tapi kok ya sayang ma pelajaran hari ini, ada matematika. Eh dipaksain masuk malah gak bisa konsentrasi. Terbukti dari tadi bapak ibu guru nanyain aku mulu’.
Ditambah lagi, seharian ini gak berhenti-berhentinya temen-temen nyletuk sana sini,ada yang bilang kelas jadi tentramlah, sejahteralah,bagaikan di surgalah, amanlah. Nah yang satu ini nih yang nyebelin emang aku penjahat? Giliran aku diem pada bilang aman? Haduh, mereka ini.
“Kamu sakit ya Sit?” Kayaknya aku berhalusinasi deh, gak percaya deh Vino nanyain kabar aku? Haduh parah nih.
“Hei! Kok jadi nglamun gitu? Sakit ya? Udah minum obat? Ya udah gih pulang aja. Yang ngliat aja gak kuat lho.”, berondong Vino padaku.
“Kamu tuh pengin aku tambah sakit? Nanya kok kayak semut berbaris gitu.”, jawabku semangat.
“Nah, berarti kamu dah sembuh nih, udah cerewet gini.”,candanya. Okelah aku jadi ketawa sama jawabannya-inget, dia orang yang kusuka,jadi yang gak lucu jadi lucu-. Tapi, setelah itu, lemes lagi deh. Hihi, lumayan dapet perhatian dari Vino. Ngomong-ngomong kalo tiap sakit dia jadi perhatian, mendingan sakit aja kali ya? Hehe ...
Walaupun beredar gosip Vino itu anak yang aneh, suka gonta-ganti gebetan, aku tetep kekeuh gak peduli. Toh gak ngaruh juga sama perasaan yang kupunya.
Akhirnya jam pulang sekolah juga. Dan aku bisa pulang, langsung tidur. Itu yang terpenting. Beda dengan hari biasanya, hari ini aku pulang bareng April. Dan Mas Rei-ku-sepeda motor Supra X 125 R ku-dibawa Chintya. Mereka sahabat juga temen sekelasku yang selisih kelahiran kami bisa di hitung jari-jika 36 hari masih bisa dihitung hari-. Kami juga sering nginep di rumah kami secara bergantian. Rumah April di sebelah rumahku persis. Dan rumah Chintya di seberang rumahku.
Sampai rumah, niatnya mau langsung tidur. Setelah beberes, sipb nemplok di guling kesayangan.
Pluk. Perjalanan menuju alam mimpi.
Terereng tererengtengteng..... ringtone hape-ku bunyi. Ya Allah biarkan hambamu ini tenang ya Allah. Terpaksa kuangkat juga nih telfon.
Klik.
“halo...”, kataku ketus
“Wa’alaikumsalam”, jawabku masih ketus
“Eh kamu Vin, maaf kirain siapa?”
“Gak kok, gak ganggu. Ada apa?”
“Iya, udah kok. Dari tadi malah.”
“iya dianterin Chintya. April juga.”. Sebenernya gak dianterin tapi nebeng.
“Oh Chintya? Udah pulang ada les kayaknya.”
“Sip, makasih Vin.”
“Wa’alaikumsalam.”...
Klik.
Ya Allah, akugakmimpikan? Tadibeneran Vino kan? Whoa!?! Akusenengbanget.Ternyatadiakhawatirdenganku.Hehe..katakusambilberjingkrak-jingkrak di atastempattidurkesayanganku. Wo…. Lupaaku, kepalakusakitlagideh, hehe..biarin ah yang penting, hepi….. Ok dehcukupseneng-senengnya. Time to sleep!
Huah… Alhamdulillah,udah fresh pagiini. Tasudah, sarapanudah, rambutrapi. Oh ya, akusenengbanget ma rambutkuini, dipotongsendirisamaIbuku, katanyaakucocokpunyarambutpendekdanpony tail ku.
Oh ya, hariiniadapertandingan futsal antarkelasku ma kelasnyaTya. Tyajugasahabtaku yang belumsempatkusebutintadi.Diabedakelas ma aku, jugarumahnyagaksearah. Diajugangurusinatletsepak bola sekolahku.Kerendehpokoknya.
“Pagisemua!!!!”,sapaku.
“Sit!!! Masihpagi! Janganteriak-teriak.”, sahutSarasdaripojokpersembunyiannya.
“Alamak, pecahnohgendangtelingaku.Temen-temen, hariinikehidupantentramkitadicabutsama Yang MahaKuasa.”, kata Dyla. Huh, nyebelinanaksatuiniya. Emangakunibiangonar.
“Pagi Vin!!!”,sapakusama Vino.
“Sitta!Udahbelajarpo? Meh ulanganginikokyasenengbangetgitu.”,sungut Calvin.
“Ye….Ge-erbangetsihVin. Orang akunyapa Vino.”,protesku.
“Ye, biarin. Oh ya, ngomong-ngomongkankamulagibaiknihya. Kasihcontekanya…. Please..”, yaampun, muka Calvin lucubanget.
“Ogahya…”
“Pelit!!!”
“Woi kalian berdua!!!Berisik!!! Jodoh kali”, tiba-tiba Vino nimbrung.
“Oops…Sorry…”,anehbanget Vino tuh. Kemarinbaikbangetsekarang?Nyebelin.Tapi….
Ye, waktu yang kutunggu-tunggu. Jam pulangsekolah. Let’s go!! HariiniakunebengTyalagi.Motorkungambeknohteronggok di garasirumah. Hish, dasarRei.
Lapangan futsal
Hish, gara-gara Tya nih jadi telat deh. Udah lima belas menit berlangsung. Sebenernya, dari dulu suka yang namanya sepak bola.Tapigakfanatiksih.Cumansenengajaliattemen-temensekelas main.Apalagiada Vino. Oh ya, karenaakusayang ma Vino atau bias dibilang terobsesi sama dia, bukan berarti temen-temen sadar. Kecuali Saras dan sahabat kutentunya. Huh, Saras ini tauuuu aja. Itu juga karna dia itu emang perhatian banget ma temen-temen sekelasku.
“Hoi semuanya.”,sapakusetelah futsal selesai.
“Eh kamu Sit, sepertibiasaslaluajadateng di pertandingankita. Apalagislalubawapersediaanminumbuanyak.”, kata Donisambilsenyum-senyumsendiri.
“ Eh Sit, siapatuh?”, panggil Vino bisik-bisik.
“Oh, itu?Tya, anak X8.Lawan tandingkaluankankelasnya?”
“Oooo…”,sahutnya
Entahkenapa.Saatituakumerasaadasesuatu yang berbedadengannya. Tau kan ?feelingsama orang yang kitasayangitukuat. Huh, semogaajagakseperti yang u bayangkan.
Kubertahandengansemuuaperasaankuhinggahariini.Udahberbulan-bulanberlalu. Dan Vino, menjadisalahsatutimintisepak bola di SMA 1 Temanggung-sekolahku-. Dan otomatisTyasama Vino jadikenaldeket. Aku-V
ino- Calvin juga makin akrab. Calvin-pun masuk dalam timinti SMA-ku.Dan bulan ini ada event bagus buat sekolahku. Lagian Pak Setyo-pelatih sepak bola sekolahku- merekrut pemain-pemain handal. Dan pertandingan itu akan dimulai besok pagi. Of course i will attend that match. Sekolahku lawan SMA 117.
Sabtu, 16 April 2011 pukul delapan pagi.
“Non, nonton juga ya?”, sapa Tya padaku.
“Iya dong...Pendukung sejati nih.”
Pertandingan pertama, huh...Deg-degan juga ya, lho kok jadi aku yang deg-degan sih? Hwa... pertandingan udah dimulai.Dan saat itu ku menyadari sesuatu. Sesuatu yang sudah kucurigai namun ku acuhkan. Sesuatu yang saat ini membuatku sangat terpukul. Tau kan saat kau menyadari orang yang kau suka, ternyata menyukai seseorang yang bukan dirimu.
Seperti saat ini ku melihat ia tersenyum pada sosok yang ku kenal. Vino, tersenyum kepada manajer tim sepak bola,ya! Tya-lah orangnya. Sahabatku sendiri. Memang tak dapat dipungkiri. Mereka semakin hari semakin dekat.
Hanya sebuah senyumannya bisa mengalahkan hatiku. Dengan sebuah senyumannya ku tahu semua yang ia rasakan. Hal itu mungkin biasa apabila Tya, tak membalas senyumnya. Tapi, sekarang? Ku melihat mereka tersenyum malu-malu setelah Vino memasukkan gol yang kesekian kalinya. Yang kutahu akan membawa kemenangan untuk sekolahku. Semua pertanyaan hadir satu persatu saling menumpuk menjadi satu. Sakit, perih. Sungguh. Bila ia bukan Vino, bila ia bukan Tya,huh... dari jarak sejauh ini kubisa melihat bulu mata lentiknya mengelilingi mata yang kini bersinar itu.dia curang… :’(
Kugelengkan kepala, kututup mataku, mencoba mengalihkan pikiranku. Mengalihkan semua perasaan ini. Ingat Sit, sekolahmu menang. Disini ku berdiri, menundukkan kepala, kugigit biriku. Kumohon jangan disini, pintaku.
Pluk!!!
Tiba-tiba selembar kain berat-yang ku tahu karena basah pada akhirnya- nemplok dikepalaku. Mungkin pada saat-saat normal aku akan merasa jijik dengan kain basah itu. Namun saat iti? I’m not. Aku terlalu dikuasai dengan rasa sakit di hatiku ini.
Ku menahan air mataku jatuh. Sit, kumohon jangan disini.
Set..Tiba-tiba entah siapa ia, merengkuhku dalam pelukannya. Tak kucoba melawannya. Ku merasa nyaman dengan semua ini. Biarlah ku egois untuk saat ini. Di dalam pelukan yang hangat ini ku menagis tersedu. Entah berapa lama. Yang kutahu, hingga hujan mengguyur lapangan sepak bola itu. Semakin lama, semakin rasa ingin tahuku membesar. Tunggu, aku kenal dengan aroma tubuh ini. Ku dongakkan kepalaku. Dan ku lihat ia, Calvin.
Suasana yang amat tenang, diselingi suara rintik-rintik air hujan jatuh di lapangan itu. Dia-Calvin- menatap lurus kedepan dengan tatapan tajamnya. Ingin kumulai pembicaraan, tapi aku terlalu malu. Sampai suatu ketika,,
“Udah puas nangisnya Sit?, tanya Calvin lembut.
Kuanggukkan kepal, hei, dia gak melihatmu, lalu ku jawab”He’em Vin,,.”
“Jangan pernah kau menangis untuknya lagi Sit”, nasihatnya.
“tapi,,,,”, belum sempat ku menyelesaikan pertanyaanku.
“Bagaimana aku tahu semuanya? “, ku anggukkan kepala.
“Gampang. Aku tahu semuanya layaknya kamu tahu semua informasi terkecil dari Vino. Tau ia suka makan bakso tanpa kecap, tau apa yang ia pesan di kantin. Bahkan tau jam berapa Vino berangkat dan pulang setiap harinya.”
Kubertanya-tanya, mungkinkah apa yang ia rasakan sama dengan apa yang aku rasakan pada Vino? Mungkinkah ia, mungkinkah ia, suka....padaku?
“Sit, mulai saat ini jangan liat ia lagi Sit. Lihatlah aku disini. Lihatlah aku disetiap pertandingan futsal, pertandingan sepak bola atau dimanapun. Aku bisa lebih baik darinya.”
Hening.
“ Sitta Maharani. Nama yang indh, nama yang cantik. Secantik orangnya. Walaupun kadang suka hiperaktif, tapi kamu baik Sit.”
Ya Allah, bolehkah ku berharap? Tapi aku takut hanya akan menjadi pelampiasanku semata. Aku takut, bila hanya akan melukai perasaannya. Tapi disisi lain, selama ini aku nyaman dengannya, bisa tertawa lepas, dan aku mengenalnya. Tapi, rasa sayang tak mungkin datang tiba-tiba. Tapi....
Semakin ku pikirkan, semakin pusing kepala ini. Karna semakin kupikirkan semakin banyak kata tapi mengiang di kepalaku. Biarlah,. Biarlah perasaan ini mengalir apa adanya.
Mungkin kisahku baru saja berakhir tanpa harus ku berjuang. Tanpa harus mendengar pernyataan langsung darinya. Tapi, kini aku gak berniat meneruskannya. Terlebih, saat ini. Biarlah begini. Sampai waktunya tiba, Vino akan tahu. Ia pernah menjadi kisahku.mungkin inilah awal kisah yang baru. Denganku dan Calvin. Seperti kata pepatah. Lebih mudah mencintai orang yang mencintai kita apa adanya.